Tips Motivasi: Aksi Merubah Emosi

by @rezawismail

Emotion is energy in motion; emosi adalah energi dalam gerakan. -Anthony Robbins

Seringkali, pikiran negatif menjadi penghalang seseorang untuk memberikan kinerjanya yang terbaik. Semangat bekerja menjadi menurun jika otak kita dipenuhi pemikiran-pemikiran yang negatif baik secara sadar maupun tidak sadar. Mengapa bisa begitu?

Hal ini disebabkan oleh karena pikiran-pikiran yang negatif akan menciptakan emosi yang mendemotivasi. Perasaan malas, takut, cemas, kesal, bad mood atau bete, dan seterusnya akan menekan motivasi seseorang dan merusak kemampuannya dalam berkomunikasi.

Beberapa penelitian di dalam bidang psikologi dan neurosains menunjukkan bahwa serabut saraf yang menghubungkan sistem limbik ke korteks jauh lebih banyak daripada sambungan ke arah sebaliknya. Ini menunjukkan betapa emosi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan membuat keputusan dalam bertindak.

Maka dari itu, kita mesti bisa mengendalikan emosi kita agar selalu mendukung kesuksesan. Emosi kita harus mampu memacu semangat dengan optimisme yang tinggi dan membangun antusiasme dalam bekerja. Emosi yang positif harus dapat dikultivasi sesuai kebutuhan.

Emosi yang positif akan memampukan kita untuk berkomunikasi secara lebih baik, bertindak dengan penuh keyakinan diri, dan termotivasi untuk memberikan kinerja yang terbaik.

Dan tubuh kita bereaksi terhadap perasaan-perasaan yang kita alami. Ketika kita sedang merasa senang, kita tersenyum lebar, berjalan dengan tegap, bahkan melebarkan postur tubuh dengan tangan kita. Sebaliknya, saat kita merasa bete atau terpuruk maka dunia serasa suram dan membuat kita membungkuk atau ingin meringkuk.

Berita baiknya, ternyata jalan saraf yang menghubungkan emosi dengan postur tubuh kita itu berjalan dua arah. Kita bisa merubah perasaan kita dengan mengubah postur tubuh, gerakan atau aksi, hingga dengan mimik muka. Bayangkan, bahkan ekspresi muka kita memiliki kuasa terhadap emosi kita!

Efek ini diketahui ketika beberapa pasien injeksi botoks untuk tujuan kosmetik mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosinya. Botoks menahan pergerakan otot muka yang menunjukkan perasaan marah, sedih, atau bergembira. Riset menunjukkan bahwa orang-orang yang telah disuntik botoks untuk mengencangkan wajah menjadi kehilangan kemampuannya untuk merasakan emosi-emosi tertentu karena kesulitan menunjukkan ekspresi di mimik mukanya.

Peneliti bernama David Havas di tahun 2010 menemukan bahwa para partisipan dalam suatu studi dapat mempengaruhi emosi dengan mimik muka. Orang-orang yang diinstruksikan untuk tersenyum akan merasa sulit untuk marah-marah. Dan sebaliknya, para peserta yang disuruh merengut akan susah untuk merasa ramah dan berbahagia.

Salah seorang peneliti lainnya bernama Amy Cuddy, mengamati bagaimana postur tubuh dapat mempengaruhi proses kimiawi di dalam tubuh dan reaksinya pada otak manusia. Waktu seseorang duduk atau berdiri dengan tubuh yang terbuka, tangan mengembang, kaki melebar, maka produksi testosteron meningkat dan hormon stres menjadi berkurang.

Dalam penelitian lainnya, ketika para partisipan dipaksa tersenyum dengan menjepit pensil menggunakan gigi, mereka merasakan kerangka berpikir yang lebih positif. Jadi, kita harus memperhatikan bagaimana mimik muka, postur tubuh, dan gerakan fisik agar bisa mempengaruhi emosi secara lebih bermanfaat bagi motivasi diri.

Kita bisa coba merileksasikan otot-otot di wajah kita agar merasa lebih tenang. Kita lambatkan nafas dengan menarik nafas dan menghembuskannya dalam-dalam untuk menurunkan tekanan darah serta mengurangi detakan jantung. Dan berjalan kaki selama 20 menit di pagi atau sore hari ternyata dapat meningkatkan mood kita secara positif.

Dalam berkomunikasi, orang yang berbicara tanpa menggunakan tangan atau menyembunyikan tangannya akan dianggap tidak perhatian dan kurang terpercaya. Gerakan tangan bisa memberikan nuansa rasa pada lawan bicara. Senyuman dapat dimengerti oleh semua orang walau beda bahasa. Beberapa gestur atau gerakan tangan, postur tubuh, dan mimik muka merepresentasikan emosi yang universal.

Jadi, kita bisa meningkatkan motivasi dengan mengkultivasi emosi yang lebih positif dengan cara memperhatikan postur tubuh serta mimik muka kita. Tarik nafas dalam-dalam, badan tegap tapi tidak tegang, bahu tampak kokoh mengembang, tatapan mantap jangan merunduk, dan senyum yang lebar sampai mata berkerut.

Selanjutnya, kita bisa menggali lebih dalam kalau kita masih merasakan emosi-emosi yang negatif di dalam keseharian. Terkadang, banyak emosi yang terpendam dan secara tanpa sadar mempengaruhi kejiwaan seseorang. Orang bisa menjadi terlalu sensitif, mudah marah atau cemas, peka dan penuh keraguan serta rasa takut tanpa pemicu yang jelas.

Dengan bantuan psikolog atau psikiater, dan hipnoterapis bisa mengungkap pola-pola yang tertanam di pikiran bawah sadar kita. Saat pagi atau malam hari, ketika bermeditasi, atau sedang sangat mengantuk kita harus menjaga input informasi yang bisa mempengaruhi emosi dan berpotensi menimbulkan trauma batin. Kita mesti menjaga sikap dan perilaku, berpikir sebelum bertindak serta berbicara.

Cara lainnya untuk mempengaruhi alam bawah sadar yang menyimpan beragam memori beserta emosi yang mengiringi bisa dengan afirmasi. Saya telah banyak menuliskan teknik-teknik afirmasi dan visualisasi di blog 100motivasi ini. Dan saya akan memaparkan berbagai tips motivasi lainnya di tulisan-tulisan mendatang. Stay tuned!

Baca Juga:
Anger Management: Tips Mengendalikan Emosi
Afirmasi untuk Motivasi Bekerja
Afirmasi: Kekuatan Berpikir Positif
Evolusi, Emosi, dan Motivasi