Tips Motivasi

Focusing on Happiness

Month: Mei, 2012

2 Kata Kunci Kesuksesan Kepemimpinan

Lebih baik berani mengambil keputusan dengan resiko salah (yang masih sempat diperbaiki) daripada meragu berlama-lama dan tahu yang benar tapi sudah terlambat. -Marylin Moats Kennedy

Salah satu kualitas yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin yang kompeten adalah ketegasan dalam mengambil keputusan. Bahasa kerennya: decisiveness.

Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan dari ketegasannya dalam mengambil keputusan yang tepat bahkan ketika sedang menghadapi ketidakpastian.

Dan dua kata kunci yang penting bagi pengambilan keputusan secara tegas adalah YA dan TIDAK.

Seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan secara pasti dan tidak ragu-ragu dalam menjalankannya. Konsisten serta bertanggung jawab dalam setiap pilihannya.

Seringkali banyak keputusan yang diambil mengundang kontroversi, itu tetap dibenarkan asalkan tidak bertentangan di dalam diri sang pemimpin itu sendiri. Keputusannya harus bulat: YA atau TIDAK, tak bisa meragu dan mengambang.

Baca entri selengkapnya »

Teknik Motivasi Intrinsik: Teori Determinasi Diri

Visi kita akan menjadi jelas hanya ketika kita bisa melihat ke dalam diri, siapapun yang mencari di luar diri sedang bermimpi dan siapapun yang mencari ke dalam; tersadar. -Carl Jung

Setiap orang yang bekerja untuk mendapatkan uang sedang berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari kebutuhan dasar untuk bertahan hidup seperti untuk membeli makanan, mendapatkan tempat tinggal, dan sebagainya hingga kebutuhan sekunder plus tertier demi kenyamanan serta kemewahan di dalam kehidupan.

Namun, uang saja tidak cukup untuk mendorong seseorang untuk selalu termotivasi tinggi dalam bekerja. Faktor-faktor yang paling menentukan tingkat motivasi seseorang berasal dari dalam diri.

Jadi, selain membutuhkan uang untuk kebutuhan hidup; semua orang juga memiliki kebutuhan sosial dan pengembangan diri. Kebutuhan yang mendasari teori motivasi intrinsik.

Di tahun 1970-an, riset pada teori motivasi intriksik mulai dikembangkan. Dan pada pertengahan tahun 1980-an Teori Determinasi Diri secara formal diterima sebagai sebuah teori empiris dan penelitiannya terus berlanjut hingga tahun 2000-an atau sampai pada milenium ketiga ini.

Edward Deci dan Richard Ryan adalah para peneliti yang berfokus pada peran penting motivasi intrinsik dalam mendorong perilaku manusia. Dalam teorinya, perilaku manusia untuk dapat bersemangat ketika sedang bekerja memiliki tiga faktor psikologis-internal yang universal selain mengejar insentif eksternal seperti uang.

Baca entri selengkapnya »

Teknik Memotivasi Diri

Perjalanan sejauh jutaan meter dimulai dari satu langkah. -Lao Tzu

Kutipan di atas adalah salah satu kalimat yang menginspirasi saya untuk selalu berusaha sekecil apa pun usaha itu pasti akan membawa kemajuan dalam perjalanan untuk mencapai tujuan.

Kata-kata motivasi lainnya yang saya sukai dari Lao Tzu adalah: semut yang beraksi lebih baik daripada kerbau yang bermalas-malasan. Tindakan adalah penentu kesuksesan. Semua ide yang brilian tidak akan membawa seseorang kemanapun. Satu gagasan yang sederhana bisa menjadi hebat jika ditindaklanjuti dengan aksi.

Tapi kadang kala kemalasan melanda kita, diri tidak termotivasi dan menunda-nunda pekerjaan atau kegiatan apa pun yang harus dilakukan. Motivasi yang kendor ini biasanya disebabkan oleh ketakutan, keraguan, beban pikiran yang terlalu memberatkan, dan sebagainya.

Misalnya seorang penulis yang merasa mengalami kebuntuan dan tidak bisa menuliskan apa pun. Atau seorang tenaga penjual yang terdemotivasi karena belum memiliki pelanggan yang cukup untuk memenuhi targetnya. Contoh lainnya; seorang karyawan yang sibuk mengerjakan beragam hal tapi ternyata tidak produktif karena menunda-nunda tugas utamanya yang paling berkontribusi terhadap penilaian kinerjanya.

Pertama-tama, kita harus menetapkan prioritas. Menetapkan tujuan dan sasaran-sasaran yang paling diutamakan. Hal penting apa yang harus dilakukan demi mencapai tujuan tersebut. Jangan sampai kita sibuk mengerjakan sesuatu yang mendesak tapi ternyata tidak penting. Sibuk tapi tidak produktif jadinya.

Baca entri selengkapnya »

Teknik Motivasi Karyawan yang Baik

Kepemimpinan yang efektif adalah yang mengutamakan prioritas. Manajemen yang efektif adalah kedisplinan yang melaksanakan prioritas tersebut. -Stephen Covey

Teknik motivasi yang sukses akan meningkatkan produktivitas dalam pencapaian tujuan. Beberapa teknik motivasi yang telah teruji dapat diterapkan manajemen suatu perusahaan untuk mendorong kinerja dari para karyawannya.

Beberapa manajer bisa saja menggunakan teknik-teknik yang kurang baik yang memicu rasa takut seperti bentakan dan ancaman. Memang ketakutan yang dialami anak buahnya akan memancing respons emosi yang membuat mereka bekerja.

Namun, hasilnya hanya memberikan hasil dalam jangka pendek dan akan merugikan dalam jangka panjang. Ketakutan yang memicu produktivitas akan berubah menjadi kebencian yang tidak produktif. Walaupun begitu, ketegasan tetap menjadi kualitas yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Jadi, daripada menebar ketakutan lebih baik menanamkan rasa hormat dengan kesantunan yang karismatik.
Baca entri selengkapnya »

Memotivasi Kepatuhan: Eksperimen Milgram

Kinerja yang bagus merupakan kombinasi dari kepatuhan dan keleluasaan.  -Nadia Boulanger

Dalam eksperimennya yang terkenal di bidang psikologi, Stanley Milgram mengungkapkan betapa kuatnya pengaruh kepatuhan terhadap perilaku seseorang. Seseorang bisa dengan amat patuh menjalankan perintah meski itu bertentangan dengan akal sehat dan nurani.

Milgram terinspirasi oleh seorang penjahat perang dunia kedua yang bisa dengan keji membunuh jutaan manusia dengan alasan hanya menjalankan perintah atasan saja. Milgram membuktikan lewat sebuah riset, mayoritas partisipan di dalam penelitiannya menjalankan instruksi dengan patuh meski punya keinginan untuk menentang.

Para peserta dalam percobaan Milgram direkrut lewat iklan koran untuk mengikuti sebuah studi tentang daya ingat (padahal tentang kepatuhan). Partisipan dibayar dan dipilih secara acak untuk berperan sebagai sang murid atau sang guru. Risetnya diinformasikan seakan-akan bertujuan untuk menghubungkan kekuatan memori seseorang dengan setruman listrik yang dialirkan peserta yang berperan sebagai sang guru.

Tingkat setruman diatur melalui beberapa tombol dengan label “setruman kecil,” “setruman moderat” dan “bahaya: setruman parah.” Dua tombol terakhir berlabel “XXX.” Masing-masing memiliki daya listrik yang semakin besar mulai dari 15 volt hingga 300 volt.

Setiap peserta yang berperan seorang “guru” akan menekan tombol untuk menyetrum “murid” jika sang murid menjawab salah dari pertanyaan-pertanyaan yang dibacakan sang guru berdasarkan tulisan yang harus diingat-ingat sebelumnya. Perlu diketahui, sebenarnya peranan guru atau murid tampak acak padahal peran sang murid dimainkan oleh seorang aktor yang berpura-pura kesakitan karena disetrum (dan tidak ada listrik yang menyetrum di mesinnya).

Para partisipan yang menjadi subyek penelitian Milgram ini ditempatkan diruangan yang terpisah sehingga hanya bisa mendengar suara dari sang murid untuk menjawab pertanyaannya. Suara keluhan, jeritan, dan permintaan tolong untuk menghentikan setruman juga bisa terdengar di ruangan sang guru alias orang yang diteliti. Di ruangan tersebut juga hadir seorang peneliti sebagai figur otoritas yang menekankan kepatuhan jika peserta menjadi ragu-ragu untuk menjalankan tugasnya dalam membacakan soal dan khususnya dalam menekan tombol setruman.

Selama percobaan berlangsung, peserta akan mendengar sang murid yang memohon ingin dilepaskan atau mengeluh tentang kondisi jantungnya yang kurang fit. Setelah tingkat setruman sebesar 300-volt dicapai, sang murid (yang merupakan seorang aktor yang berpura-pura kesakitan) menggedor-gedor dinding dan berteriak minta untuk dibebaskan. Di titik ini, peserta biasanya mulai ragu-ragu untuk menekan tombol setruman sebagai hukuman dari jawaban yang salah.

Di dalam ruangan yang sama dengan partisipan yang berperan sebagai sang guru, terdapat seorang peneliti yang berperan sebagai seorang ilmuwan berjas putih sebagai seorang figur otoritas. Sang ilmuwan ini mengatakan kalimat-kalimat yang penuh ketegasan untuk menyuruh peserta agar terus memberikan kejutan listrik di saat peserta mulai ragu-ragu dalam menekan tombol setruman.

Bahkan ketika sudah tidak terdengar suara dan peserta mulai was-was apakah sang murid pingsan atau terkena serangan jantung, sang peneliti sebagai figur otoritas tetap meminta peserta untuk mematuhi perintahnya dan kembali menyetrum dengan menekan tombol. Hasilnya, mayoritas peserta taat menjalankan perintah meski akal sehat dan hati nuraninya menentang.

Saat Milgram mensurvey mahasiswa Universitas Yale, dia memprediksikan bahwa tidak lebih dari 3 dari 100 peserta akan tega memberikan tingkat setruman tertinggi. Pada kenyataannya, ketika dilakukan uji coba yang sebenarnya; hasil eksperimen Milgram mengungkapkan mayoritas peserta (65-75%) dalam risetnya patuh melaksanakan tugas hingga tingkat setruman maksimum. Baca entri selengkapnya »