Passion dan Engagement: Kunci Produktivitas Karyawan

by @rezawismail

Passion adalah energi. Rasakan saja kekuatannya yang berasal dari fokus akan hal-hal yang menarik minat kita. -Oprah Winfrey

Bisa dipastikan, kebanyakan pemimpin perusahaan meyakini kinerja yang bagus dihasilkan dari karyawan yang memiliki tingkat employee engagement yang tinggi terhadap pekerjaan serta sangat passionate dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Mayoritas manajer juga percaya bahwa produktivitas para pekerja amatlah ditentukan oleh semangat motivasi sustainable atau dapat bertahan lama dalam jangka panjang. Dan semangat kerja yang bisa terus berkobar ini bukanlah yang dipancing oleh para motivator eksternal, namun motivasi yang bersumber dari dalam diri yang biasa disebut passion.

Kemudian, passion karyawan akan menjadi landasan dari employee engagement yang solid atau kokoh. Team work dalam perusahaan akan bekerja dengan dinamis dan secara efektif akan menghasilkan kinerja kelompok yang mendukung kenaikan produktivitas perusahaan.

Bagaimana mengarahkan karyawan agar bekerja dengan passion dan tingkat engagement yang tinggi? Pertama-tama, perusahaan harus mampu memprofil karakter karyawan secara detail dan mendalam. Selanjutnya, manajemen bisa menganalisa dan menetapkan pekerjaan yang sesuai dengan profil dari masing-masing karyawan.

Maka dari itu, yang perlu disiapkan adalah desain strategi pengelolaan sumber daya manusia yang bisa fleksibel untuk mencapai keakuratan analisis dari karakteristik seluruh karyawan di dalam perusahaan. Implementasi dari strategi ini adalah penetapan prosedur kerja dan membangun budaya organisasi yang tepat.

MEMICU PASSION DI DALAM DIRI KARYAWAN

Prioritas pertama dalam mengolah data diri setiap karyawan adalah menggali minat dan menentukan tingkat ketertarikan dari pribadi si karyawan terhadap jenis-jenis tugas atau pekerjaannya dan industri dimana dia ingin berada. Tanpa minat, karyawan akan kurang semangat dalam membangun engagement.

Namun, minat tidak serta-merta menjamin tingkat keahlian dari karyawan yang bersangkutan. Maka, langkah selanjutnya adalah mengukur kompetensi dari bakat yang telah dimiliki. Jika bakat yang telah dimiliki oleh pekerja diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari, maka keahliannya akan semakin meningkat untuk mendukung kinerjanya.

Kesulitan dalam menyesuaikan minat dan bakat karyawan dengan jenis pekerjaan yang tersedia adalah pada saat mencari insentif yang benar-benar memotivasi secara personal. Kompensasi seperti gaji saja tidak akan cukup, para manajer mesti mengetahui hal-hal apa yang bermakna bagi masing-masing bawahannya.

Memang, komisi bisa menjadi insentif yang memotivasi bagi karyawan di bagian penjualan. Namun bagi pegawai lainnya, para pemimpin harus peduli untuk memahami nilai-nilai yang dianggap berarti secara pribadi. Dan kewenangan yang terbatas harus dapat memberikan keleluasaan supaya karyawan dapat memaksimalkan potensi diri tanpa stres yang tak perlu.

PEKERJAAN YANG PAS YANG SESUAI PASSION

Ada juga karyawan yang ternyata merasa tidak pas dengan pekerjaannya tapi tetap berkontribusi tinggi dengan tingkat engagement yang tinggi pula. Tapi, seringkali yang banyak terjadi adalah perilaku dan keahliannya sudah tepat; hanya saja minat dan insentifnya-lah yang dirasa kurang.

Begitu juga kejadiannya dengan para karyawan yang memiliki tingkat produktivitas yang rendah padahal diberikan insentif yang cukup dengan pekerjaan yang cocok dengan nilai-nilainya; biasanya terhambat oleh ketidaksesuaian tingkat keahlian serta perilakunya.

Tanggung jawab yang pertama dan terutama dari para manajer dalam menetapkan posisi kerja adalah ketika proses perekrutan dan penempatan karyawan harus benar-benar pas dengan minat, bakat, kemampuan, dan imbalan yang pas bagi sang kandidat.

Nilai-nilai yang berarti dan perilaku yang menunjang kinerja yang tinggi bisa didorong oleh budaya organisasi yang sesuai. Perusahaan harus mampu membudayakan perilaku yang bebas dari ketakutan dan tekanan. Kreativitas karyawan jangan dihambat agar passion-nya terus bertumbuh dan kepercayaan dirinya berkembang sehingga bisa mencapai bahkan melebihi target yang telah ditetapkan oleh manajemen.

PENATAAN LINGKUNGAN KERJA

Interaksi dari para pekerja di dalam perusahaan selain diatur dalam koridor regulasi serta arahan-arahan nilai budaya organisasi, manajemen juga perlu menata lingkungan kerja baik secara fisik maupun non-fisik. Keterbukaan dan saling bekerja sama akan menjadi pendorong produktivitas karyawan.

Lingkungan yang tidak mengekang gairah kerja atau passion akan menciptakan level engagement yang terus meningkat. Konsistensi dari atasan dalam memberikan peluang-peluang kenaikan karir dan kesejahteraan akan semakin mengobarkan semangat kerja dari sang bawahan.

Kerumitan hubungan antar rekan kerja, antar departemen atau divisi, antar atasan dan bawahan, harus dibangun dari pondasi komitmen bersama yang berdisiplin dalam berkomunikasi secara positif dan menghindari konflik di antara sesama kolega. Maka dari itu, semenjak perekrutan, integritas individu menjadi syarat mutlak perusahaan dalam mengangkat karyawan.

Terakhir, lingkungan kerja haruslah bisa menjadi tempat yang menyenangkan untuk bekerja. Etika kerja karyawan yang diharapkan manajemen bisa diiringi pengakuan lewat pemberian kesempatan, peningkatan kompetensi non-inti, penyaluran hobi serta pemberian yang berharga.

PEMIMPIN YANG PROAKTIF

Kepemimpinan yang proaktif menjadi salah satu kunci keberhasilan dari upaya mengobarkan passion dan menguatkan engagement dari para karyawan. Inovasi-inovasi baru harus segera bisa diaplikasikan dengan perbaikan secara terus-menerus. Asimilasi visi dan misi dengan nilai inti dari setiap pribadi mesti dipikirkan lewat investasi yang efisien dalam pengelolaan sumber daya manusia ini.

Passion bisa menjadi sangat menular, maka dari itu pemimpin mesti bisa menjadi teladan dan mendirikan agen-agen perubahan dari jajaran manajernya. Pemimpin juga tidak boleh pelit dalam berbagi wawasan dan bersedia menyempatkan diri untuk memberikan waktu khusus sebagai upaya menumbuhkan inspirasi, dan ujung-ujungnya adalah; produktivitas yang tinggi.

Solusi dari employee engagement dari kepemimpinan yang terpuji ini adalah dengan menuntut komitmen dari semua karyawan untuk terlibat penuh dalam bekerja dan manajemen dapat memberikan kepuasan kerja yang maksimal.

PASSION DAN PRODUKTIVITAS KERJA

Gallup dan Hay Group telah meneliti topik passion serta engagement ini yang berdampak kepada peningkatan produktivitas. Hanya 23 persen karyawan yang secara aktif berkomitmen, tapi dari mereka yang lebih aktif, pengaruhnya menjadi 43 persen lebih produktif. Konteksnya disini adalah; para peneliti industri memastikan peningkatan produktivitas terjadi dari pengaruh minat, passion, relasi yang positif, engagement, dan kepuasan kerja secara umum pada diri karyawan itu sendiri.

Riset di bidang psikologi positif mendukung penemuan ini dengan bukti-bukti yang cukup banyak dan telah tercatat dengan baik. Passion adalah penyemangat dimana kita bisa terus bertahan dan pantang menyerah mengadapi beragam rintangan.

Passion akan membuat seseorang mampu mencapai tujuannya meski harus berjuang keras. Disinilah passion terbukti dapat meningkatkan produktivitas dengan menegakkan optimisme serta memperbesar kesempatan untuk sukses.

Passion harus dibedakan dari ambisi. Ambisi bisa menjadi senjata makan tuan ketika obsesi kita malah membakar habis semangat kerja. Maka dari itu, antusiasme menjadi penting, karena antusiasme akan menjaga diri kita agar bisa beraktivitas tanpa tekanan atau stres yang merugikan.

Harmonisasi passion terhadap pekerjaan dan dinamika berkelompok dalam perusahaan akan menjadikan kadar employee engagement sebagai indikasi penting yang menunjang kinerja seseorang. Kinerja yang harmonis inilah yang menjadi kunci produktivitas karyawan.

Saya akan memberikan contoh konkrit dalam prakteknya yang bisa ditiru dan dimodifikasi sesuai kebutuhan organisasi atau berbagai industri dan di dalam perusahaan pada tulisan-tulisan yang selanjutnya. Stay tuned!

Baca Juga:
Motivasi Intriksik untuk Karyawan dan Sales Person
Motivasi Karyawan: Pendekatan Tradisional dan Modern
Meningkatkan Kepuasan Kerja untuk Motivasi Karyawan
Teori Motivasi: Pengaruh Hasrat Terhadap Motivasi Kerja Karyawan

Iklan