Faktor ‘X’ pada Motivasi Pegawai
by @rezawismail
“70 % kegagalan disebabkan oleh kurangnya eksekusi atau implementasi dari strategi; bukan karena lemahnya strategi itu sendiri.” -Ram Charan.
Hasil survey beragam industri: hanya 37 % pegawai/karyawan memahami apa tujuan tingkat korporat dan cuma 13 % yang bekerja sinergis secara optimal untuk tujuan perusahaannya. (Harris Interactive)
Banyak ide bagus berkembang dan bermunculan di ruang-ruang rapat direksi, manajer, staf di perusahaan. Akan tetapi, yang dibutuhkan oleh perusahaan bukan ide bagusnya melainkan eksekusi dari ide-ide (bahkan pada ide yang tidak terlalu bagus pada awalnya, tapi bisa direvisi sambil berjalan).
Inilah faktor terpenting dalam motivasi pegawai, eksekusi. Faktor X yang berari eXecution. Ide yang baik adalah ide yang dilaksanakan bukan yang bagus secara teori saja.
Banyak perusahaan gagal pada tahap pelaksanaan. Para eksekutif di banyak perusahaan tidak akan pernah kekurang ide, strategi, visi, misi, dll. Kita punya teori motivasi intrinsik, psikologi personal & intra-personal/dinamika sosial, drive, NLP, NAC, neuroscience, dll.
Bagaimana mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan ini menjadi praktek nyata? Seperti apa transisi dari teori/perencanaan menjadi implementasi? Ini membutuhkan faktor X (eksekusi) yang terdiri dari beberapa elemen penting:
1. Penetapan tujuan yang jelas dan terfokus. Tujuan ini harus bisa diterjemahkan ke dalam rencana tindakan mingguan dan harian (kalau perlu bulanan, semesteran, tahunan). Namun yang terpenting adalah pemusatan konsentrasi.
Kita harus berfokus pada satu sasaran terpenting dan prioritaskan maksimal 2 sasaran pendamping.
2. Penegasan antara jadwal perencanaan dan pelaksanaan. Jika sudah dalam tahap pelaksanaan sudah tidak perlu memikirkan perencanaan. Pemikiran akan dilakukan lagi pada tahap evaluasi dan perencanaan ulang yang dinilai dari akuntabilitas para manajer dan pegawai pelaksana.
Kalau diperlukan, perusahaan bisa menunjuk satu orang agen perubahan yang memimpin sekelompok pegawai (pecahlah suatu departemen/divisi menjadi beberapa kelompok kecil). Ciptakan juga simbolisasi dan kompetisi internal perusahaan dalam menanamkan budaya eksekusi dari strategi tingkat korporat perusahaan.
Tahap pelaksanaan juga mesti memiliki penanda untuk melacak dan mengukur seberapa jauh sudah berjalan serta seberapa dekat dengan tujuan akhir/bulanan, sebagai contohnya.
3. Atasan harus secara berkala memonitor perkembangan dari eksekusi strateginya.
Pegawai pun diberikan kesempatan untuk membuat pertanggungjawaban lewat evaluasi dan umpan balik. Para eksekutif perusahaan harus mampu mengkomunikasikan konsep dari nilai-nilai pokok/prinsip dari ide-ide/strateginya kepada manajer sebagai moderator dari para pelaksana.
Budaya perusahaan harus mampu men-stimulasi peran proaktif dari semua lini termasuk karyawan di level bawah. Penghargaan harus diberikan secara sederhana, agar lebih banyak memancing partisipasi aktif para pegawai.
Penghargaan sederhana akan mendorong keberanian pegawai dalam memberikan ide/tindakan yang memajukan perusahaan, yaitu dengan mengarahkan motivasi pegawai dari eksternal menjadi lebih bersifat internal (karena kesederhanaan penghargaannya).
Saya akan jelaskan lebih gamblang lagi beberapa konsep di atas yang mungkin belum terlalu jelas pada tulisan-tulisan selanjutnya. Stay tuned!