Formula Kebahagiaan

by @rezawismail

My formula for greatness in a human being is amor fati: that one wants nothing to be different, not forward, not backward, not in all eternity. Not merely bear what is necessary, still less conceal it—all idealism is mendacity in the face of what is necessary—but love it. ~Friedrich Nietzsche

Akhir pekan yang lalu saya menonton film berjudul About Time (2013), filmnya komedi romantis yang disutradarai oleh Richard Curtis. Ceritanya tentang seseorang yang memiliki kemampuan untuk kembali ke masa lalu dan bisa merubah masa lalu. Tentang time traveler,  yang kemampuan ajaib ini diturunkan oleh ayahnya kepada anak lelakinya.

Adegan yang paling berkesan bagi saya adalah ketika sang ayah mengungkapkan formula kebahagiaan; dengan menjalani satu hari secara normal lalu mengulang kembali hari itu dengan kemampuan ajaib memutar ulang waktu dan menjalani kembali tanpa merubah apapun.

Maka yang berubah adalah sudut pandang atau kesadaran. Saya jadi ingat perkataan pakar psikologi: Viktor Frankl yang menasihati agar kita menjalani hidup ini seakan-akan sudah yang kedua kalinya. Dulu saya tak mengerti perkataan ini, namun setelah menonton film About Time, saya jadi mengerti apa itu resep kebahagian..

Amor fati, atau mencintai nasib kita sendiri. Seperti kutipan oleh filsuf tenar Friedrich Nietzsche di atas, bahwa kita jangan menginginkan hal yang berbeda selain dari yang kita sudah miliki atau jalani.

Dalam filosofi stoicism juga disebutkan bahwa sebaiknya kita menerima bahkan mensyukuri segalanya yang telah terjadi dan sedang didapati. Bahwa masa depan belum pasti dan kita boleh berpengharapan serta berusaha semaksimal mungkin; itu sudah pasti. Tapi terhadap masa lalu dan nasib di masa kini yang tidak bisa dirubah dan sudah terjadi, kita harus bisa menerima total dan mensyukurinya.

Cara bersyukur yang kalau perlu kita ingat kalau hal yang lebih buruk bisa saja terjadi dalam masa sekarang, keadaan yang lebih parah bisa saja menimpa kita bahkan memang dialami oleh orang lain yang lebih apes. Bayangkan misalnya kalau rumah yang kita miliki kebakaran, tentunya kita bersyukur memiliki rumah walau tidak besar-besar amat.

Nah dalam film itu di adegan yang khusus saat membeberkan rahasia kebahagiaan adalah ketika kita menjalani hari dengan penuh rasa khawatir, terburu-buru tidak sabar, cemas dan pada akhirnya hari berakhir begitu saja dan kita lupa menikmati hal-hal yang sebenarnya bisa dinikmati.

Awalnya sang tokoh merasa cemas saat di kantor menghadapi atasan yang marah, khawatir menunggu keputusan di pengadilan, terganggu dengan suara berisik dari earphone yang bocor dari penumpang di sebelah saat di kereta, berjalan cepat tidak menikmati pemandangan yang ada, dan terburu-buru saat berinteraksi dengan kasir di minimart sehingga tidak sempat melihat wajah cantik sang kasir.

Di kali yang kedua, tokoh kita ini tidak lagi cemas di kantor bahkan bercanda dengan rekannya mengenai bosnya yang galak, tenang saja menghadapi putusan pengadilan, turut mendengarkan musik yang keluar dari earphone bocor oleh sesama penumpang kereta, menikmati keindahan yang ada di sepanjang jalan, dan bisa menatap senyum manis sang kasir minimart saat berinteraksi melakukan pembayaran.

Selanjutnya tokoh film ini mengatakan kalau dia sudah jarang kembali ke masa lalu dan langsung saja menikmati hari. Mengembangkan kesadaran dan mengurangi kekhawatiran. Menikmati hidup yang berjalan seperti sudah pernah dijalani dua kali. Mencintai keadaan yang ada di saat ini.

Kala macet misalnya, percuma menegangkan otak dan diri, coba saja rileks lalu cari-cari keindahan, mengobservasi situasi dan orang-orang yang sedang beraktivitas, atau sekedar melihat pemandangan unik yang bisa dinikmati.

Kembangkan sudut pandang untuk menyadari hal-hal yang bisa diterima, disyukuri, dan dicintai sekarang juga.

Maka, pada akhirnya orang yang sedang jatuh cinta pada keadaan serta apapun yang dimilikinya saat ini, dan dia yang sedang mencintai apapun yang ada di sekelilingnya; adalah orang yang paling berbahagia..

Iklan