Teori Motivasi ERG Alderfer: Existence-Relatednes-Growth

by @rezawismail

Butuh keberanian untuk bertumbuh dan merealisasikan potensi diri kita yang sejati. -E. E. Cummings

Clayton Paul Alderfer adalah seorang pakar psikologi organisasi di Amerika. Alderfer mengembangkan teori motivasi hirarki kebutuhan Abraham Maslow menjadi lebih efektif dan efisien. Silahkan baca tentang teori motivasi piramida Maslow di blog 100motivasi.wordpress.com dengan klik disini.

Piramida kebutuhan manusia yang digagas Maslow diklasifikasikan menjadi tiga kategori oleh Alderfer. Ketiga tingkatan kebutuhan itu adalah; eksistensi, hubungan, dan pertumbuhan. Biasa disebut sebagai teori motivasi ERG (Existence, Relatedness, dan Growth).

Seperti pada model hirarki Maslow yang berjenjang, teori ERG juga memiliki prioritas sesuai dengan urutannya. Penelitian menunjukkan ketimpangtindihan piramida kebutuhan Maslow, dan teori motivasi ERG memberikan solusinya.

Teori Motivasi ERG Aderfer ini bisa diaplikasikan secara tepat mengikuti kebutuhan personal setiap individu di dalam sebuah organisasi. Studi empiris dalam menetapkan ketiga kebutuhan ini telah diuji dan dibuktikan secara ilmiah.

Teori ERG bersifat progresif namun tetap fleksibel tanpa mengharuskan optimalisasi pemenuhan ketiga kebutuhannya. Walaupun para manajer juga mesti memperhatikan pemenuhan ketiga kebutuhan pada karyawannya.

Kebutuhan eksistensial berkaitan dengan kebutuhan yang paling mendasar untuk hidup. Yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah penunjang kehidupan dan keamanan secara fisik serta psikologis.

Kebutuhan eksistensi pada teori ERG mengkategorikan kebutuhan tingkat pertama dan kedua pada hirarki Maslow ke dalam tingkatan pertama yang paling kongkrit dan wajib dipenuhi perusahaan kepada semua pekerjanya.

Kategori kedua pada teori ERG adalah kebutuhan tingkat ketiga dan keempat di dalam piramida Maslow yang berkaitan dengan kebutuhan sosial di dalam diri secara personal atau antar individu.

Para pemimpin harus menjaga komunikasi serta hubungan yang baik kepada bawahannya dan memfasilitasi lingkungan yang sehat untuk keharmonisan interaksi antar pegawai. Pemberian kritik dan motivasi harus berimbang dan membangun.

Pemberian pengakuan, penguatan ketentraman berkelompok, dan peningkatan reputasi adalah aplikasi dari manajemen untuk mengelola kebutuhan hubungan sosial(relatedness). Sarana publik dan wadah publikasi di kantor juga harus disiapkan oleh perusahaan.

Kepuasan kerja dan kepercayaan diri para karyawan harus dijaga dengan memperhatikan kebutuhan hubungan sosial ini. Metode komunikasi yang dilakukan harus mengikuti prinsip saling menghormati dan bertoleransi, serta mendukung peningkatan kemampuan karyawan untuk bersinergi.

Dan terakhir, manajemen perusahaan sebaiknya menyediakan peluang untuk karyawan agar bertumbuh dan berkembang. Jika kebutuhan untuk bertumbuh ini terhambat, karyawan akan mengalami regresi yang membuat frustasi.

Teori ERG menyatakan jika kebutuhan untuk tumbuh dihalangi oleh lingkungan dan tidak diberikan kesempatan, maka karyawan akan terdemotivasi dan mencari pemenuhan kebutuhan di tingkat yang lebih rendah.

Tapi bisa saja seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya untuk bertumbuh walau kebutuhan eksistensi dan hubungannya belum terpenuhi. Contohnya ada seniman yang berjuang untuk mengaktualisasikan dirinya, mengejar pertumbuhan, dan perkembangan karyanya meski kekurangan materi serta suka menyendiri.

Maka dari itu, ada tiga klasifikasi keterkaitan antar tiga tingkatan kebutuhan di dalam teori motivasi ERG oleh Alderfer ini. Ketiganya adalah: kepuasan-peningkatan, frustasi-regresi, dan penguatan bersama antar kebutuhan pada teori ERG Alderfer.

Ketiga tingkat kebutuhan dalam teori ERG bisa saling menguatkan dan mendorong seseorang untuk ke tingkat yang lebih tinggi. Dan teori ini memampukan seorang pekerja untuk tetap termotivasi meski ada tingkatan kebutuhan yang belum terpenuhi.

Misalnya pada tahap frustasi-regresi, seorang karyawan yang merasa tidak bisa memenuhi kebutuhan pertumbuhannya di tingkat yang tertinggi maka dia akan mencari pemuasan kebutuhan di bawahnya, kebutuhan untuk hubungan dan selanjutnya kebutuhan eksistensi meski telah terpuaskan sebelumnya.

Aktivasi kebutuhan yang lebih rendah ini bisa menjadi kunci motivasi yang bisa diidentifikasi oleh manajemen. Dalam riset neuropsikologi, semua peneliti sepakat bahwa pemenuhan kebutuhan manusia memiliki peran penting dalam motivasi kerja.

Sisi positif dari teori kebutuhan ERG ini adalah ketiga tingkatannya bisa dinilai secara valid dan terukur untuk menganalisis besarnya keinginan dan pemenuhan kepuasannya. Namun, perangkat pengujiannya masih dianggap cukup rumit dan implikasinya perlu diperhitungkan secara seksama.

Terdapat beragam tantangan bagi perusahaan untuk menerapkan teknik motivasi karyawan berdasarkan teori ERG oleh Alderfer ini. Perusahaan bisa memberdayakan kompetensi konsultan dari https://100motivasi.wordpress.com/kontak/ untuk memutuskan pendekatan yang akurat.

Praktek manajemen yang akurat dalam menggunakan teori ERG untuk memotivasi karyawan tetap harus memperhatikan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan prosedurnya. Sehingga perusahaan dalam upayanya untuk meningkatkan motivasi karyawan dan kepuasan kerjanya bisa menghasilkan produktivitas yang signifikan.

Baca juga:
MBO: Teori Manajemen Peter Drucker yang Memotivasi Karyawan
Teknik Motivasi Intrinsik: Teori Determinasi Diri
Teori NLP: Program Motivasi Karyawan
Teori Demotivasi Karyawan