The Next Marketing BBB alias 3B dalam Pemasaran yang Sukses

by @rezawismail

Ilmu pemasaran terus berkembang, saya ingat dalam teori marketing management ada banyak akronim. Seperti 4P; Product, Price, Promotion, Place atau STP; Segmentation, Targeting, Positioning. Dan sebagainya.

Tapi ada satu singkatan baru yang berbeda yang sangat berguna untuk teknik pemasaran, yaitu; BBB atau 3B.

Seperti yang saya sudah tuliskan sebelumnya (coba lihat kembali tulisan di atas) bahwa 3B adalah: Berguna, Berbeda, dan Baru.

Berguna

Ini adalah faktor yang paling mendasar dalam marketing. Sangat jelas sekali bahwa kita mesti memberikan sesuatu yang akan dipasarkan. Suatu produk atau jasa yang dipasarkan harus memiliki kegunaan atau nilai tambah.

Penawaran produk dalam suatu program pemasaran mesti mengkomunikasikan dan menciptakan kesan bahwa: konsumen mendapatkan manfaat yang jelas dari fitur-fitur yang ada, dan perusahaan dianggap reliable atau dapat diandalkan, terpercaya untuk dapat memenuhi harapan pelanggan dari pembelian produknya.

Komunikasi yang jelas dan terpercaya adalah kunci dari peningkatan brand value dari produk yang dipasarkan.

Seringkali kita lupa bahwa yang menilai berguna adalah si pembeli atau dari perspektif pelanggan. Bukan dari sudut pandang penjual, maka dari itu diperlukan market research dan pengembangan poduk.

Contohnya; Suatu perusahaan bisa saja ingin menjual lem yang bagus tapi ternyata kreativitasnya membuahkan inovasi baru yang memiliki potensi lain sebagai suatu produk unik yang sangat berguna berupa notes tempelan. Ini adalah kisah Post-It.

Jelas, perusahan pemasar mesti dapat mengkomunikasikan kegunaan atau manfaat dari fitur-fitur produk yang ditawarkan dengan jelas dan berintegritas. Jangan gombal!

Jangan berikan janji-janji berlebihan tapi service kurang atau over-promise. Dan edukasikan manfaat bukan fitur-fitur yang terlalu teknis. Benefit over features.

Berbeda

Keunikan adalah nilai jual dari pasar yang penuh dengan persaingan. Jika banyak bisnis yang menawarkan produk atau jasa yang sama kegunaannya, bagaimana konsumen bisa memilih?

Yaitu dengan menjadi berbeda, sehingga terlihat. Tampak mencuat dari gerombolan penjual lainnya. Mau itu namanya USP (unique selling proposition), Bue Ocean Strategy atau bahkan bernama Purple Cow alias sapi ungu, intinya sama; unik dan berbeda. Think differently. Diferensiasi.

Diferensiasi adalah kewajiban utama yang membedakan antara marketing produk dan menjual komoditas. Penjualan cukup dengan memasang harga, pemasaran membutuhkan pembeda yang menjadi nilai tambah produk. Diferensiasi harus menjadi unsur penentu kemenangan bersaing. Jangan mencari keunggulan dari harga.

Memang, bisa saja komoditi yang dipasarkan supaya laku kita berikan harga yang lebih rendah daripada pesaing. Niatnya agar lebih banyak pembeli. Lalu bisa-bisa malah perang harga dengan pesaing yang malah sama-sama merugikan. Sehingga yang terjadi adalah pengurangan biaya dalam jangka panjang, modal bisa tidak berkembang malah tergerus.

Promosi potongan harga cukup sementara saja, berbatas waktu supaya lebih persuasif. Tapi strategi bisnis jangka panjang adalah dengan mengandalkan perbedaan. Misalnya dengan memberikan nilai tambah.

Jadilah berbeda, bukan murahan.

Baru

Banyak perusahan bertahan dengan produk yang sudah melewati siklus matang dan menghadapi penurunan di masa depan. Secara manusiawi, semua orang selalu ingin yang baru dan berharap mendapatkan yang lebih baik di masa depan.

Bisnis yang baik sebaiknya mempunyai visi yang jauh ke depan dan tidak terbuai dengan status quo atau comfort zone. Marketing tactics-nya harus selalu up to date. Produk atau jasa yang ditawarkan mesti terus diperbaharui.

Berevolusi atau mati. Punah seperti dinosaurus, ingatlah berapa banyak perusahaan besar yang tumbang karena tidak mau berubah menjadi lebih baru.

Sesuatu yang baru akan selalu menarik minat pembeli, karena pada dasarnya kita semua mudah bosan. Baru itu bagus untuk nilai promosi. Penelitian membuktikan kata ‘baru’ itu sendiri sudah sangat persuasif. Baru berarti juga selalu mengikuti perkembangan tren konsumerisme.

Lebih bagus lagi berinovasi menciptakan sesuatu yang baru dan berguna padahal sebelumnya tak pernah terpikirkan sehingga mengubah industri selamanya. Revolusi di dunia musik bisa kita amati, dari piringan hitam dan kaset yang menjadi kuno berkat digitalisasi konten. Contoh: Apple dengan iTunes-nya.

Misalnya lagi, perusahaan pos yang terpuruk karena industri telekomunikasi yang berkembang pesat. Surat-menyurat menjadi menurun intensitasnya berkat telpon yang makin murah, internet, dan SMS. Ia mesti bertransformasi dan mengandalkan model bisnis baru, seperti memprioritaskan jasa forwarding atau pengantaran barang dan tagihan misalnya.

Baru berarti maju. Bukan hanya berguna dan berbeda, namun berada di depan. Menjadi pemimpin pasar yang memberikan manfaat, berani mengekspresikan keunikannya, dan tetap relevan dengan jaman.

Inilah singkatan yang terpenting dalam ilmu pemasaran modern. Berguna saja tidak cukup. Harus berbeda untuk meluaskan tangkapan pangsa pasar. Dan supaya suistainable atau mampu bertahan dalam waktu lama, perusahaan mesti selalu memperbaharui diri. Bukan sekedar brand refreshment belaka. Tidak cukup hanya mengubah logo dan merk saja. Berkreasi dengan inovasi.

Ikuti perubahan jaman, jangan sampai terpaksa berubah agar tidak punah ketinggalan jaman.

‘B’ Terakhir yang Halus

Sebenarnya ada satu B lagi. B yang terakhir, pamungkasnya adalah: Baik. Perusahaan sebagai suatu entitas bisnis harus berkontribusi secara sosial kepada masyarakat. Social responsibility.

Marketing dengan B yang terakhir ini akan selaras dengan prinsip terdalam kita semua, kebaikan. Dan akhirnya, pemasaran yang dilakukan menjadi semakin meroket karena kebaikan menarik hati banyak orang. Be good.

So, do no harm. Don’t be evil. And spread the idea!

Salam Sentosa

Baca juga;
Tips Marketing Sapi Ungu
RePositioning Adalah Keniscayaan
Tiga Tips Marketing Efektif
Presentasi yang Menggoda