Teori Demotivasi Karyawan

by @rezawismail

Orang yang kreatif termotivasi oleh keinginan untuk mencapai kesuksesan, tapi bukan keinginan untuk sekedar mengalahkan orang lain. -Ayn Rand

Banyak hal yang disadari perusahaan dapat mendemotivasi karyawannya, menjatuhkan semangat kerja para pegawai. Misalnya seperti bayaran atau gaji yang dirasa kurang, atau tunjangan dan fasilitas yang tidak mencukupi.

Dan, ada juga beberapa hal yang tidak diketahui oleh perusahaan tapi bisa juga menurunkan motivasi karyawan untuk bekerjanya maksimal. Contohnya hal-hal yang bersifat pribadi, seperti sakit, jenuh atau kebosanan, rasa keterpaksaan karena pekerjaannya tidak sesuai dengan minatnya, ada masalah rumah tangga dengan pasangannya atau salah satu anggota keluarganya ada yang meninggal, dan seterusnya.

Namun, ada juga hal-hal yang bisa menjadi sumber demotivasi yang sebaiknya dikelola oleh perusahaan lewat manajemennya. Budaya kerja dan interaksi sosial sesama rekan kerja atau antar atasan-bawahan bisa berpotensi menimbulkan demotivasi karyawan yang seharusnya bisa diperbaiki. Dan banyak hal lainnya yang kurang disadari oleh manajemen bisa menimbulkan rasa demotivasi bagi para karyawan.

Iwan, salah seorang manajer pemasaran ingat pada suatu hari yang sangat mendemotivasinya. Ketika itu, strategi marketing baru yang dia upayakan mulai menunjukkan hasil dan penjualan meningkat. Namun, direktur keuangannya memotong anggaran untuk membiayai kegiatan marketing tersebut tanpa berkonsultasi dengannya.

Wati, seorang staf administrasi perusahaan manufaktur merasa kurang bersemangat untuk pergi ke kantor. Dia merasa atasannya menebar rasa takut, sengaja membangun budaya kerja yang penuh tekanan dan kurang penghargaan. Padahal, dia ingin menjadi karyawan yang termotivasi tinggi dan produktif.

Selama 15 tahun, Teresa Amabile dan Steven Kramer telah meneliti ratusan pekerja di berbagai perusahaan dan meriset secara sistematis berdasarkan data, catatan dan diari rahasia, rekaman email, survei, dan sebagainya untuk menentukan prinsip-prinsip yang memicu kreativitas dan kepuasan dalam bekerja serta yang membuat karyawan terdemotivasi.

Hal-hal yang biasanya menjatuhkan semangat kerja atau demotivasi karyawan berasal dari persoalan komunikasi dan kemampuan manajemen emosi dari sang atasan maupun dari karyawan itu sendiri.

Studi terbaru ini menemukan elemen kunci dalam hal demotivasi karyawan adalah menghambat kemajuan karyawan dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang bermakna. Bahwa sesungguhnya para pekerja ingin memberikan kontribusi yang berarti dan sayangnya, banyak atasan yang tidak menyadari keinginan yang baik ini.

Beberapa manajer malah tidak terlalu ingin para pegawai pelaksana menjadi sombong karena terlalu bangga dengan prestasinya. Hampir semua atasan pelit dalam memberikan pujian dan mudah sekali mengkritik atau mengkoreksi. Parahnya, kemajuan dalam pekerjaan yang sedang dilakukan oleh karyawannya malah dipersulit bukannya didukung secara penuh.

Padahal, perasaan telah mendapatkan kemajuan adalah hal yang memotivasi karyawan. Kita cenderung berpikir kalau semua orang inginnya bermalas-malasan, tapi sebenarnya para pekerja senang ketika mereka produktif; bisa memberikan kontribusi yang berarti.

Selain itu, para karyawan ingin didengarkan. Dan bisa saja usulan yang disumbangkan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Setidaknya membuat harmonis hubungan kerja antara atasan dengan bawahannya. Merasa tidak didengar dan dianggap tidak berarti adalah sumber demotivasi karyawan yang harus diperhatikan oleh manajemen.

Percuma saja menempelkan banyak tulisan motivasi di dinding jika harga diri karyawan sering dijatuhkan lewat kritik yang kasar. Pikiran negatif pekerja yang dikritik sampai terdemotivasi akan terbawa ke rumah dan merusak suasana bahagia di dalam keluarganya. Dan akibatnya akan melemahkan semangat kerja secara keseluruhan.

Walaupun begitu, para pekerja yang kinerjanya tidak bagus memang sebaiknya jangan malah diberikan penghargaan bahkan promosi. Ini malah akan menjadi sumber demotivasi karyawan lain yang merasa sistem penilaiannya tidak adil. Berikan pengakuan dan peluang karir bagi mereka yang layak, yang telah sukses berprestasi sesuai standar yang jelas dan transparan.

Berikanlah karyawan kebanggaan telah mencapai sesuatu meski pekerjaan yang ditugaskan belum selesai sepenuhnya. Jangan sampai karyawan merasa tidak memperoleh kemajuan apapun dalam pekerjaan yang dianggap penting dan berarti bagi perusahaan. Jika pekerja merasa tidak berkontribusi secara bermakna, ini akan menjadi sumber demotivasinya yang utama.

Sumber-sumber demotivasi lainnya adalah dengan memberikan sasaran-sasaran yang terlalu susah, saling bertentangan, sering berubah-ubah, dan tidak diberikan keleluasaan atau otonomi yang cukup dalam meraih sasaran-sasaran kerja tersebut.

Selanjutnya adalah ketidakpedulian atasan terhadap bawahan. Seringkali seorang pegawai dianggap aset yang tidak berperasaan dan bisa digonti-ganti setiap saat. Tidak perlu diberikan pujian bahkan kalau tidak tahan cacian tinggal dicari penggantinya. Kompetensi hanya dianggap komoditi, meski sang pemilik keahlian (karyawan) punya emosi sebagai faktor pendorong motivasinya dalam menggunakan kemampuannya itu.

Hal yang paling mendemotivasi lainnya adalah tekanan dan tuntutan yang tidak rasional. Karyawan diberikan target dengan tenggat waktu yang sangat sulit untuk ditepati. Segala sesuatu yang dilakukan terburu-buru tidak akan memberikan hasil yang baik. Ketergesaan akan membawa stres yang pada akhirnya bisa menjatuhkan semangat kerja. Demotivator bagi para pekerja.

Baca juga:
Perusahaan Demotivator
Manajer Motivator
Kebosanan = Musuh Motivasi Karyawan
Bagaimana Mengatasi Kebosanan di Tempat Kerja